“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110)
Cobalah
cermati dan resapi!
Kalimat
diatas bukanlah suatu rangkaian kata biasa, kalimat diatas bukanlah suatu sajak
prossa seorang pujangga, ataupun kalimat tersebut bukanlah persepsi para ulama.
Kalimat diatas adalah kalimat yang difirmankan oleh pemilik bumi beserta
isinya, ALLAH SWT dalam kitabnya yang suci (Al-qur’an) dan diturunkan kepada manusia mulia Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Kalimat diatas adalah kalimat yang indah, dimana
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berjanji memberikan penghargaan kepada siapa saja
bagi hambanya yang melakukan ketiga perbuatan diatas sebagai “umat yag terbaik
yang dilahirkan untuk manusia”.
Berhubungan
dengan penghargaan diatas, Tidakkah kita tergiur dengan penghargaan tersebut?
Penghargaan yang menjanjikan kita melangkah menuju SyurgaNya yang kekal. Janji
Allah itu pasti, maka dari itu mulailah bekali diri berlomba lomba dalam
kebaikan untuk mencapai impian tersebut.
Melihat kondisi saat ini semakin
seiring dengan denyut nadi perkembangan zaman, generasi Islam kini dihadapkan
kepada sekian persoalan dan problematika kehidupan yang semakin kompleks.
Perkembangan media informasi dan tekhnologi telah mendekatkan generasi Islam
dengan budaya yang antahbaranta. Tidak terkecuali budaya western (barat) dengan
segala content dan fashionnya yang kian hari semakin menggeliat meracuni
pemikiran generasi Islam.
Bersemainya kebudayaan kafir
melalui berbagai media di tanah Air memberikan ancaman serius terhadap generasi
Islam Indonesia, betapa tidak berbagai perilaku penyimpangan, tindakan
kekerasan, asusila, pengerusakan, pembunuhan menjadi keseharian yang sering
terngiang di telinga kita, tanpa mengeneralisasi persoalan ternyata kebanyakan
ditorehkan oleh para generasi muda yang notabene beragama Islam.
Melihat situasi dan kondisi umat
Islam hari ini pekerjaan itu bukanlah hal yang mudah dlakukan, tidaklah mudah
untuk melahirkan generasi rabbani dambaan umat dan bangsa ini ditengah – tengah
maistream kebebasan, maupun liberalisme yang terus menggelayut. Namun, sekedar
sebuah harapan dan cita-cita semuanya tidak ada yang musykil. Bukankah Allah
telah banyak memberikan perumpamaan betapa Gajah dipelupuk mati tidak kelihatan
bahkan semut disebrang lautan kelihatan. Berapa banyak tentara – tentara kecil
yang mampu mengalahkan tentara yang jumlahnya berlipat-lipat dengan izin Allah
dan berapa banyak tentara-tentara yang jumlahnya berlipat ganda yang dikalahkan
oleh tentara yang hanya segelintir saja dikarenakan kesombongan, keangkuhan dan
pesimisme mereka. Bukankah, betapa ketika umat ini lupa kepada Allah SWT maka
Allah akan melupakan mereka.Maka dari itu, tetaplah berusaha mewujudkan dan
yakin bahwa kebangkitan islam akan kembali seperti 14 abad silam.
Pembentukan generasi rabbani
yang dicita-citakan menjadi teramat serius di tengah – tengah kondisi umat
Islam yang semakin terpuruk baik akidah dan moralnya. Sehingga di perlukan
upaya-upaya serius pula untuk mencari solusi yang ampuh untuk benar – benar
melahirkan generasi idaman tersebut. Dan untuk mewujudkan generasi tersebut
diperlukan input yang tepat. Input yang dimaksudkan disini adalah peran pemuda
pemuda Islam. Lalu pemuda yang seperti Apa dan Bagaimana? Tentunya pemuda yang
selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Pemuda yang seperti
itulah yang seharusnya menjadi kader dalam lingkungan masyarakat di era sistem
liberalism dan kapitalisme ini.
Kaderisasi merupakan masalah
urgen bagi pemuda islam dalam membangkitkan kembali sistem peradaban islam saat
ini. karena kader menentukan keeksistensian sebuah lingkugan sekitar, Pengkaderan
sumber daya insani di tengah masyarakat merupakan sarana membangkitkan kembali
generasi rabbani yang berlandaskan syariah. Pengkaderan juga dapat sebagai
panutan yang mampu memberikan dorongan semangat bagi pemuda dalam generasi
selanjutnya untuk melanjutkan perjuangan
generasi sebelumnya. Maka dari itu kaderisasi perlu dilakukan secara intens. Kaderisasi
menduduki tangga urutan yang teratas dan merupakan ujung tombak lingkungan
sekitar. Demi mencapai tujuan bersama yaitu menciptakan kader sumber daya
insani yang berkuantitas dan berkualitas, keluarga merupakan wadah integral dan
pusat suatu komunitas atau perkumpulan dalam pembentukan kepribadiaan yang
baik. Terutama peran orang tua islam pada khususnya untuk benar-benar
menyiapkan generasi Islam yang tangguh, berakhlak karimah, serta akrab dengan
sekian shirah para Nabi dan generasi-generasi terdahulu.
Hal ini tentu harus dimulai dari
sejak dini. Melahirkan generasi Islam yang tangguh, kuat serta bermoral mulia
tidak bisa dilakukan secara instan ataupun taken for granted, namun butuh
proses panjang dan sistematis. Dan hal itu harus dimulai sejak usia dini.
Rasulullah SAW bersabda”
” Setiap Anak dilahirkan dalam keadaan fithrah.
Kedua orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani aau Majusi.”
(HR. Al-Bukhari, 1/1292).
Sehingga dalam hal ini peran
orang tua menjadi sangat penting dalam hal mendidik serta membina anak-anaknya.
Imam AL-Ghazali ra berkata,’’ ketauhilah sesungguhnya metode pendidikan anak
merupakan sesuatu yang paling penting dan wajib karena anak adalah amanah bagi
orang tuanya. Hatinya yang suci merupakan permata yang paling berharga bila
dibiasakan dengan diajarkan kebaikan maka ia akan tumbuh diatasnya, dan akan
berbahagia di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, bila dibiasakan dengan
kejelekan dan dibesarkan seperi binatang akan sengsara dan binasa (Imam
Al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, 3/62)
Apabila peran orang tua islam sangat berperan dan
serius dalam membentuk kepribadian generasi islam yang dilahirkan, maka akan
cepatlah berdampak baik dan obat mujarab lingkungan mayarakat dengan segala
macam hiruk pikuk globalisasi budaya barat yang mengasingkan nilai nilai islam.
Jika nilai nilai islam tersebut tercipta dan tumbuh dari pembentukan
kepribadian tersebut, maka perlulah
dilakukan kaderisasi sumber daya insani untuk tahapan selanjutnya.
Substansi adanya
pengkaderisasian sumber daya insani dalam masyarakat antara lain yaitu Penurunan
nilai-nilai islam yang baik maupun nilai-nilai yang perlu ditransfer. Penurunan
nilai-nilai yang baik ini dapat dilakukan lewat
pelatihan-pelatihan,diskusi rutin,atau pertemuan semacamnya,dapat juga
menggunakan media yaitu buku,atau bulletin dan majalah untuk mencapai
pentransferan nilai-nilai secara maksimal. Pengkaderisasian sumber daya insani
merupakan tonggak utama sebuah keberlangsungan gaya hidup lingkungan masyarakat,
apabila kaderisasi itu mati maka masyarakatnya pun akan mati yang diartikan
sebagai tidak berlangsungnya atau pemberhentiaan perjuangan menciptakan
masyarakat yag berlandaskan syariah dan sebaliknya. Selain itu,
pengkaderisasian sumber daya insani juga sebagai sarana belajar bagi masyarakat
awam, dan pengkaderisasian merupakan sarana pendidikan bagi masyarakat tersebut
dimana ada output-output yang ingin dicapai.Output-output itu meliputi
pembentukan dan pengembangan.Pembentukan yaitu pengkaderan yang dimulai dari
nol dimana masyarakat awam yang sama sekali belum memiliki pengetahuan tentang
hukum islam .Sedangkan pengembangan sudah memiliki pengetahuan tentang hukum
islam hanya perlu adanya penguatan sebagai dasar bagi para kader.
Untuk menciptakan kader sumber
daya insani yang baik perlu adanya perencanaan yang matang untuk menciptakan
kader internal yang baik sehingga dapat memberikan dampak wilayah ekternal yang
baik pula. Kader yang baik juga bersifat vital. Dimana urgensi
dari kader itu sendiri,apabila seorang kader tidak bisa berkembang dan
mengaktualisasikan dirinya,maka kader itu sendiri akan mati dan keberadaan
masyarakat islam yang diimpikan pun akan mati. Maka dari itu, seorang kader
haruslah bersemangat dalam memperjuangkan impian dan tujuan bersama umat islam
ini agar terciptanya masyarakat yang berlandaskan syariah.
Menelisik hal tersebut diatas,
peranan kader memanglah sangat penting dan menjadi sebuah kewajiban bagi umat
Islam secara keseluruhan dan orang-orang tua Muslim untuk menjaga, membina dan
merajut generasi Islam agar menjadi generasi Islam yang tangguh, kuat dan
berjiwa militan dimasa depan dan inilah yang kita sebut sebagai generasi
rabbani. Sebuah generasi yang mereka cinta kepada Allah dan Allah cinta kepada
mereka.
Generasi rabbani merupakan
generasi yang kita cita-citakan, generasi Rabbani merupakan generasi impian,
generasi rabbani adalah generasi harapan umat dan bangsa ini, sebuah generasi
yang lahir dari rahim umat Islam, yang tunduk dan patuh kepada aturan – aturan
Allah, mereka saling mencintai karena Allah, belajar dan mengajar tentang yang
hak, saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Merekalah generasi
rabbani, harapan kita dan cita-cita kita umat Islam akhir zaman. (Puti)